:into minimalism : less is MORE

menemukan kebahagiaan dari hal sederhana 1

Hidup di kota Jakarta penuh dengan percepatan dari bangun pagi, orang2 sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk berangkat ke kantor, beraktivitas, bangunin anak untuk sekolah, sarapan, nganter anak sekolah , cek bbm, twitter, facebookan dan sebagainya. Hal-hal ini kebanyakan kita lakukan dengan percepatan dan rata-rata sampai tidak sadar, pikiran dan badan terkadang tidak dalam satu tempat. Badan masih dirumah lagi sarapan namun pikiran udah di kantor mikirin meeting, kerjaan, target dan target. Badan lagi nyetir mobil/motor di jalan,  pikiran udah sampe kantor atau di tempat lain..

Inilah fenomena yang saya coba perhatikan hidup di kota Jakarta termasuk saya juga terkadang mengalami hal2 di atas :D. Namun pelan-pelan saya coba memperlambat untuk menemukan kebahagian dari hal-hal yang biasa paling sederhana yang terkadang kita anggap hal tersebut sudah biasa atau lumrah.

Dari bangun tidur mencoba untuk diam sejenak tarik nafas yang dalaaamm..buaangg dan mengucapkan syukur Alhamdulllilah atas diberikan kehidupan dihari ini.

Dikala mandi bersyukur masih dilimpahkan sumbernya kehidupan yaitu air yang masih jernih langsung dari kamar mandi dirumah, tidak usah beli air atau ambil dari sumur atau naik gunung dulu jadi tinggal buka keran airpun mengalir deras. Untuk mensyukuri air ini saya mencoba menggunakan secukupnya, seperlunya.

Makan tinggal makan 4-5 langkah dari kamar sudah tersedia di meja makan sarapan kumplit bumbur gandum, roti lengkap dengan mentega, mesus, dan segelas air putih  mineral

Kepikir gak gandum, mentega, air mineral itu asal muasalnya dari mana ? dari perkebunan yang diolah petani, dari pegunungan lanjut ke pabrik untuk diolah sedemikian rupa, kebayang kan perkebunan, pabrik itu jauh banget dari rumah kita namun rezeki itu datang hanya beberapa langkah saja dari kamar kita sudah tersedia di meja makan.

Saya mencoba terus untuk menemukan kebahagian dari hal-hal yang sederhana yang terkadang  lewat dari mata bathin saya yang tertutup oleh percepatan aktivitas sehari-hari. Kebahagian dan ketenangan itu adanya diperlambatan bukan dipercepatan begitulah kata mas Arvan Pradiansyah dengan ilmu Happiness-nya .

Sehabis postingan ini  saya blogwalking ke blognya Nico Wijaya dan menemukan video mas  Edward Suhadi yang menemukan makna kebahagiaan dari hal-hal yang sederhana dengan melakukan traveling ke pedalaman Halmahera Selatan selama 3 Minggu untuk keluar dari percepatan kehidupan di kota Jakarta.


See all posts »

Subscribe: rss | twitter | +