Libur telah tiba dan buanyak sekali keluarga yang berlibur termasuk saya dan keluarga. Ada yang menarik budaya liburan belakangan ini yaitu sosial media dan notifikasi yang selalu membawa aura tersendiri untuk selalu di cek cek dan di pencet-pencet. Notifikasi whatsapp seakan-akan sebagai sesuatu yang urgent dan wajib dibaca dan harus di follow up. Nawaitu liburan bukan lagi sekedar untuk murni berliburan menikmati momen dengan keluarga namun terkadang untuk memenuhi kebutuhan timeline sosmed hehe..
Gak ada yang salah dengan hal di atas, itulah fenomena sosial media yang sedang terjadi saat ini. Lagi-lagi ini hanya pendapat pribadi, terkadang saya terlalu lebay untuk bersosialisasi melalui digital media dan lupa menikmati dan sadar sekitar kita. Namun satu sisi fenomena sosial media merupakan peluang besar untuk siapa saja yang ingin mendulang profit dari bisnis apapun yang mereka jalani.
Pernah ketemu dan diskusi dengan teman berprofesi sebagai self helped semacam motivator, dia membuat peraturan untuk dirinya sendiri antara lain meng-silentkan semua notifikasi Whatsapp dan memasukkan hpnya di tas disetiap kali meeting atau jalan2 dengan keluarga. Doi boleh dibilang cek whatsappnya 1x dalam sehari, jadi jangan harap WA-an sama dia dibales cepet, jadi kalau mau cepet ya tinggal telpon dia langsung, begitu katanya 🙂
Melatih meng-switch ON/OFF kapan waktu “digital mode” dan kapan “analog mode” untuk memerankan fungsi manusia sebagai human being bukan human doing and doing.. Inilah yang saya coba sadar dan latih untuk selalu seimbang menjalankan rutinitas sehari-hari kapan gadget ditangan dan kapan gadget dicuekin walaupun ada notifikasi yang selalu mengundang untuk dipencet, ini semua bertujuan agar badan dan pikiran berada dalam satu tempat.
Yup inilah sebagai renungan mengenai pola hidup manusia yang terus bergeser yang semuanya berujung kepada korporasi industri raksasa dengan produk-produk mereka yang dibuat seakan-akan menjadi kebutuhan untuk manusia.
Leave a Reply