Jangan menyerah, berserah boleh..
Itulah yang nempel di otak saya ketika dengerin talkshow di radio smart FM dengan petualang dunia asal Bandung, Jeffrey Ronny Polnaja alias Kang Jeje. Kang Jeje adalah orang Indonesia pertama yang berhasil mengelilingi dunia dengan sepeda motor dengan campaign ” Ride for Peace “.
Dari suara Kang Jeje yang berat, simple namun berwibawa padahal saya baru denger suara dia dan baru tau ini orang. Tapi saya langsung percaya apa yang dia ngomong karena sudah terbukti emang Kang Jeje sudah berhasil mengelilingi dunia dengan motornya, simple ! Emang kalo praktisi tuh udah pasti omongannya berisi dan sudah terbukti.
Kang Jeje bercerita tentang suka duka selama diperjalanan namun Kang Jeje bisa memutarbalikan suka duka tersebut menjadi suka suka dalam perjalanan hehe..
Pernah juga Kang Jeje dirampok, barang habis semuanya kecuali motor namun beliau hanya ikhlasin saja. Dan suatu hari kemudian dia dapat telpon menanyakan suatu foto dan menawarkan foto itu dibeli dan akhirnya Kang Jeje asal nyebut 1000 dollar dan laku !
Filosofinya sangat simple jika kita memberi manfaat, berbuat kebaikan, hal itu ibarat menanam biji tanaman kebaikan. Bayangin aja kalau kita tanam 1 biji bibit tanaman terus tanaman itu berkembang terus berbuahnya banyaakk ototmatis kita petiknya bukan 1 buah saja namun banyakkk juga kan ?
Teori yang dia putar balik lagi adalah merasa nyaman di zona tidak nyaman. Banyak pembicara motivator agar kita segera keluar dari zona nyaman namun Kang Jeje zona tidak nyaman pun bisa dibikin nyaman sama dia. Terbukti berbagai medan, cuaca yang frontal berbeda dapat dia lalui dengan enjoy. Kuncinya ketika saya mengendarai motor tidak fokus kepada jarak yang masih jauh tapi saya terus mencoba menikmati setiap moment dijalan.
Dalam emailnya dia menulis: “Banyak yang menolong dengan memberi makan minum dan penginapan gratis,” bahkan pernah nginap gratis di kamar hotel bertarif US$ 3.000 per malam yang menanggung adalah seorang pengusaha di Dubai, Uni Emirat Arab.
Kemudahan seperti ini tak lepas dari karakter Kang Jeje yang ramah, gampang
bergaul, dan komunikatif. Walau hanya menguasai bahasa Inggris tak menjadi kendala untuk berkomunikasi dengan penduduk negara asing. Jika sudah mentok, ia biasa menggunakan bahasa “tarzan”. Dan ternyata bisa dipahami. Salah satu bukti keampuhan gaya komunikasi Kang Jeje adalah saat ditodong senjata oleh milisi remaja berusia 16 tahun di Laos. Kang Jeje berupaya tenang, lalu mulai mengeluarkan kartu dan main sulap. Mereka jadi terhibur dan membolehkan Kang Jeje lewat. Hebring Euy…
Semua kejadian tergantung kita me-manage pikiran dan perasaan kita dalam menyikapi suatu kejadian. Contoh yang beliau alami ketika dijalan hujan terkadang kita berfikir ” wah nanti bakalan sakit nih ” namun waktu itu saya malah berfikir Alhamdullilah baju jadi adem, gak panas.
Berusahalah baru kita berserah.
Leave a Reply